Rabu, 17 Desember 2008

Sudahkah yang Terbaik Ku Berikan???


Yohanes 21: 15-19

Saudara, kalau boleh saya bertanya pada saudara, ”Apakah saudara mengasihi Tuhan?”, apa jawab saudara? Apakah saudara akan menjawab, ”Oh, jelas, saya sangat mengasihi Tuhan! Saya 100% mengasihiNya!” Atau saudara akan menjawab, ”Ah, kasih saya kepadaNya belum sempurna! Masih ada banyak hal yang belum saya lakukan untukNya!” Atau saudara punya jawaban yang lain lagi?

Saudara, misalnya saja, saya bertanya kepada Tuhan, ”Tuhan, apakah Engkau mengasihi anak-anakMu ini?” dan ternyata jawaban Tuhan sama seperti jawaban saudara tadi, apa yang saudara rasakan? Apa saudara akan merasa sedih atau senang? Mungkin saudara akan merasa senang jika Tuhan menjawab bahwa Dia sangat mengasihi saudara. Tapi bagaimana jika Tuhan menjawab bahwa Dia kurang mengasihi saudara atau bahkan tidak mengasihi saudara? Apa yang akan saudara rasakan dan lakukan?

Saudara, Injil Yohanes 21: 15-19 mengingatkan kita bahwa Tuhan sangat mengasihi kita. Kalau mau kita perhatikan, ketiga pertanyaan yang diajukan Yesus kepada Simon Petrus, sebenarnya mempunyai perbedaan. Tapi perbedaan ini tidak terlihat dalam Alkitab terjemahan LAI. Untuk itu, marilah kita melihat dari bahasa aslinya, yaitu Bahasa Yunani. Dalam Bahasa Yunani, sangat jelas terlihat adanya perbedaan dalam ketiga pertanyaan Yesus tersebut. Pada pertanyaan yang pertama, Yesus memakai kata agape sebagai ungkapan kasih yang diminta Yesus kepada Petrus. Demikian pula dengan pertanyaan yang kedua, Yesus tetap memakai kata agape untuk menanyai Petrus. Agape, adalah model kasih yang paling tinggi tingkatannya dan sangat sulit untuk dimiliki manusia, karena agape adalah kasih tanpa syarat, kasih yang sempurna yang dimiliki oleh Allah. Namun, terjadi perubahan kata dalam pertanyaan Yesus yang ketiga. Yesus tidak lagi menggunakan kata agape dalam pertanyaanNya, melainkan filia, yaitu model kasih yang ”lebih rendah” tingkatannya yang terdapat dalam persahabatan. Yesus ”menurunkan” standar kasih dalam pertanyaanNya bukan tanpa alasan. Yesus meminta kasih yang sempurna dari Petrus, yaitu agape. Namun, dalam kenyataannya, Petrus belum mampu untuk memberikan kasih agape tersebut, Petrus hanya mampu memberikan kasih filia kepada Yesus. Itulah kasih yang terbaik yang dimiliki oleh Petrus, kasih terbaik yang dapat ia berikan kepada Yesus. Yesus yang mengetahui hal itu tidak memaksa Petrus untuk memiliki kasih agape pada saat itu juga. Yesus pun ”menurunkan” standar kasih dalam pertanyaanNya. Petrus yang melihat perubahan tersebut menjadi sedih karena ia sadar ia telah melakukan kesalahan besar dengan menyangkal Yesus saat Yesus ditangkap dan dibawa ke rumah Imam Besar. Ia sadar bahwa Yesus begitu mengasihinya, bahkan setelah ia melakukan kesalahan. Yesus mau ”menurunkan” standar kasihNya karena Ia mengetahui kapasitas Petrus yang memang sudah memberikan yang terbaik kepadaNya walaupun tidak sempurna. Petrus pun mau melakukan apa yang Yesus minta, yaitu menggembalakan domba-dombaNya. Petrus mau memberikan yang terbaik untuk Yesus. Petrus sangat mengasihi Yesus dan Yesus juga sangat mengasihi Petrus.

Saudara, mari kita koreksi diri kita masing-masing, apa saja yang sudah terjadi dalam hidup kita selama ini. Apakah Tuhan pernah melupakan kita? Apakah Dia pernah lupa memberi kita udara untuk bernafas? Apakah Dia pernah meninggalkan kita sendirian saat kita menghadapi permasalahan dan pergumulan hidup kita?
Saudara, Dia tidak pernah berhenti mengasihi kita! Dia tidak pernah melupakan dan meninggalkan kita! Namun, apakah kita sudah membalas kasihNya yang begitu besar bagi kita? Apakah kita sudah memberikan yang terbaik yang dapat kita berikan kepadaNya dengan pelayanan kita, dengan studi kita, dengan pekerjaan kita, dengan seluruh kehidupan kita? Atau, kita hanya bisa berkata kalau kita mengasihi Tuhan tanpa mau, tanpa berusaha untuk memberikan yang terbaik bagiNya?

Ada sebuah fabel yang menarik untuk kita cermati:

Alkisah di sebuah hutan, hiduplah seekor singa, sang raja hutan yang sangat ganas. Setiap manusia yang masuk ke dalam hutan itu tidak akan selamat, hanya namanya yang tersisa. Hal ini membuat semua orang takut untuk masuk ke dalam hutan itu. Cerita tentang hutan dan singa yang ganas itu kemudian tersebar ke seluruh pelosok negeri dan ada seorang Pendeta yang saleh dari negeri seberang yang mendengarnya. Sang Pendeta pun bertekad untuk mendatangi singa tersebut untuk menasihati dan mengkhotbahinya. Singa yang telah dikhotbahi Pendeta yang saleh ini pun bertobat dan berjanji tidak akan memakan manusia yang masuk ke dalam hutan lagi, asalkan manusia itu beragama Kristen. Meskipun singa ini cukup pilih kasih dengan hanya tidak memakan orang Kristen, namun Pendeta tersebut tetap bersyukur karena ia telah membuat sang singa bertobat. Setelah singa ini bertobat, orang-orang Kristen mulai berani masuk ke dalam hutan lagi. Tapi, saat seorang Kristen masuk ke dalam hutan, ternyata orang itu dimakan oleh sang singa dan hanya satu bagian tubuhnya yang tidak dimakan. Saudara tahu bagian tubuh mana yang tidak dimakan? Yang tidak dimakan adalah bibirnya. Mengapa? Karena ternyata yang Kristen dari orang Kristen tersebut hanyalah bibirnya. Orang Kristen tersebut berkata kalau ia mengasihi Tuhan, tapi hidupnya tidak mencerminkan kasihNya pada Tuhan.

Saudara, apakah saudara mengasihi Tuhan? Kalau iya, apakah saudara sudah memberikan yang terbaik bagiNya? Atau saudara hanya bisa berkata dengan bibir saudara bahwa saudara sangat mengasihi Tuhan tanpa mau, tanpa berusaha untuk memberikan yang terbaik bagiNya? Akankah saudara menjadi seorang yang NATO: No Action, Talk Only?

Saudara, Tuhan tidak memaksa Petrus untuk mengasihiNya secara agape karena Petrus belum mampu melakukannya. Demikian juga Tuhan tidak memaksa kita untuk memberikan yang sempurna bagiNya. Tuhan hanya meminta yang terbaik dari kita, yang terbaik yang bisa kita berikan kepadaNya. Persembahan terbaik itulah yang akan Ia sempurnakan.

Sudahkah saudara memberikan yang terbaik bagi Tuhan? Jika belum, maukah saudara memberikan yang terbaik bagiNya?

Ini Aku, Utuslah Aku, Tuhan…


Keluaran 3:10-14, 4:1,10-17

Setiap orang tentu memiliki kekurangan dan kelebihan. Mungkin jika kita melihat orang lain yang lebih baik daripada kita, kita akan merasa minder. Begitu banyak pujian yang kita berikan pada orang lain atas kelebihan yang mereka miliki. Namun, seberapa seringkah kita mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan dalam diri kita? Jangan-jangan kita sering minder dengan apa yang kita miliki.

Kisah Musa yang telah kita baca tadi merupakan bagian dari Kel. 3:1-4:17. Perikop ini mengisahkan bagaimana Tuhan hendak mengutus Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Namun, yang terjadi dalam kisah ini justru Musa menolak panggilan Tuhan karena ia merasa tidak layak. Musa merasa bahwa ia tidak mampu menjadi seorang pemimpin. Ia lupa bahwa segala sesuatunya telah disiapkan oleh Tuhan. Hal ini terlihat jelas dalam jawaban Tuhan dalam Kel. 4:11 yang berbunyi, “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan?” Disini Tuhan sesungguhnya ingin mengatakan kepada Musa bahwa ia tidak usah kawatir akan kelemahan yang ia miliki, sebab Tuhan sendirilah yang akan melengkapi.

Suatu kali, seorang ibu yang ingin agar anaknya kelak menjadi pianis yang handal, mengajak anaknya untuk menyaksikan Konser Piano Paderewski, seorang pianis yang termahsyur. Setelah mereka mengambil tempat duduk di bagian depan, ibu itu melihat seorang teman baiknya di antara penonton. Ibu ini pun akhirnya pergi untuk menyalami teman dekatnya itu. Melihat adanya kesempatan untuk jalan-jalan dan melihat-lihat bagian dalam panggung, anak ini kemudian melakukan eksplorasi hingga pada akhirnya anak ini sampai kepada pintu yang bertuliskan “Dilarang Masuk”.

Ketika lampu penerangan ruangan konser mulai redup, si ibu kembali ke tempat duduknya dan segera menyadari bahwa anaknya tidak ada. Tiba-tiba layar panggung di buka, lalu lampu-lampu sorot dipusatkan kepada sebuah piano Steinway yang besar. Alangkah terkejutnya sang ibu ketika melihat bahwa ternyata anaknya duduk di depan piano besar itu dan memainkan lagu Twinkle-Twinkle Little Star. Pada saat itu, sang maestro piano yang termasyur itu muncul di atas panggung dan dengan segera ia membisiki anak itu untuk jangan berhenti bermain. Tak lama kemudian Paderewski ini mulai membungkukkan badannya dan turut bermain bersama dengan anak kecil itu. Paderewski melengkapi permainan piano anak kecil itu, sehingga suasana yang menegangkan berubah menjadi sebuah pertunjukkan yang sungguh indah, yang membuat seluruh hadirin terpikat dan terpesona.

Sebagaimana Paderewski pada anak kecil itu, demikian pula Allah pada kita. Apa saja yang telah kita bangun dan kerjakan atas dasar usaha dan kekuatan kita sendiri, sebenarnya hampir tidak ada artinya. Namun, kita dapat mendengar suara Mahaguru yang terbesar itu berbisik, “Janganlah berhenti. Mainlah terus!” Sadarilah bahwa kita yang lemah pun dapat dipakai oleh Tuhan untuk menjadi alat kemuliaannya.

Ingatlah bahwa Tuhan tidak mengutus mereka yang sudah dilengkapi dengan segala sesuatu, namun dia akan melengkapi mereka yang diutus dengan segala sesuatu! Tuhan memberkati kita! Amin.

10 SECRET HOW TO BE A BETTER PERSON



THE FIRST SECRET : THE POWER OF THOUGHT
Love begins with our thoughts. We become what we think about. Loving thoughts create loving experiences and loving relationship. Affirmations can change our beliefs and thoughts about others and ourselves. If we want to love someone, we need to consider his or her needs and desires. Thingking about your ideal partner will help you recognize her when you meet her.

THE SECOND SECRET : THE POWER OF RESPECT
You cannot love anyone or anything unless you first respect them. The first person you need to respect is yourself. To begin to gain self-respect, ask yourself, What do i respect about myself? - To gain respect for others, even those you may dislike, ask yourself, What do I respect about them?

THE THIRD SECRET : THE POWER OF GIVING
If you want to receive love, all you have to do is give it! The more love you give, the more you will receive. To love is to give of yourself, freely and unconditionally. Practice random acts of kindness. Before committing to a relationship ask not what the other person will be able to give to you, but rather what will you be able too give them. The secret formula of a happy, lifelong, loving relationship is to always focus on what you can give instead of what you can take.

THE FOURTH SECRET : THE POWER OF FRIENDSHIP
To find a true love, you must first find a true friend. Love does not consist of gazing into each other's eyes, but rather looking outward together in the same direction. To love someone completely you must love him or her for who they are and not for what they look like. Friendship is the soil through which love seeds grow. If you want to bring love into a relationship, you must first bring friendship.

THE FIFTH SECRET : THE POWER OF TOUCH
Touch is one of the most powerful expressions of love, breaking down barriers and bonding relationships. Touch changes our physical and emotional states and makes us more receptive to love.

THE SIXTH SECRET : THE POWER OF LETTING GO
If you love something, let it free, if it comes back to you, it's yours, if it doesn't, it never was. Even in a loving relationship, people need their own space. If we want to learn to love, we must first learn to forgive and let go of past hurts and grievances. Love means letting go of our fears, prejudices, egos and conditions. Today I let go of all my fears, the past has no power over me - today is the beginning of a new life.

THE SEVENTH SECRET : THE POWER OF COMMUNICATION
When we learn to communicate openly and honestly, life changes. To love someone is to communicate with them. Let the pople you love know that you love them and appreciate them. Never be afraid to say those three magic words : I love You Never let and opportunity pass to praise someone. Always leave someone you love with a loving word - it could be the last time you see him or her. If you were about to die but could make telephone calls to the people you loved, who would you call, what would you say and - why are you waiting ?

THE EIGHTH SECRETH : THE POWER OF COMMITMENT
If you want to have love in abundance, you must be commited to it, and that commitment will be reflected in your thoughts and actions. Commitment is the TRUE test of love. If you want to have loving relationship, you must be commited to loving relationship. When you are commited distinguishes a fragile relationship from a strong one.

THE NINTH SECRET : THE POWER OF PASSION
Passion ignites love and keeps it alive. Lasting passion does not come through physical attraction alone; it comes from deep commitment, enthusiasm, interest and excitement. Passion can be recreated by recreating past experiences. When you felt passionate spontaneity and surprises produce passion. The essence of love and happiness are the same; all we need to do is to live each day with passion.

THE TENTH SECRET : THE POWER OF TRUST
Trust is essential in all loving relationship. Without it one person becomes suspicious, anxious and fearful and the other person feels trapped and emotionally suffocated. You cannot love someone completely unless you trust him or her completely. Act as if your relationship with the person you love will never end. One of the ways you can tell whether a person is right for you is to ask yourself. Do i trust them completely and unreservedly? - if the answer is no - think carefully before making a commitment.

YOU STILL HAVE HOPE !!!


If you can look at the sunset and smile,
Then you still have hope.

If you can find beauty in the colors of a small flower,
Then you still have hope.

If you can find pleasure in the movement of a butterfly,
Then you still have hope.

If the smile of a child can still warm your heart,
Then you still have hope.

If you can see the good in other people,
Then you still have hope.

If the rain breaking on a roof top can still lull you to sleep,
Then you still have hope.

If the sight of a rainbow still makes you stop and stare in wonder,
Then you still have hope.

If the sort fur of a favored pet still feels pleasant under your fingertips,
Then you still have hope.

If you meet new people with a trace of excitement and optimism,
Then you still have hope.

If you give people the benefit of a doubt,
Then you still have hope.

If you still offer your hand in friendship to others that have touched your life,
Then you still have hope.

If receiving an unexpected card or letter still brings a pleasant surprise,
Then you still have hope.

If the suffering of others still fills you with pain and frustration,
Then you still have hope.

If you refuse to let a friendship die, or accept that it must end,
Then you still have hope.

If you look forward to a time or place of quiet and reflection,
Then you still have hope.

If you still buy the ornaments, put up the Christmas tree, or cook the supper,
Then you still have hope.

If you can look to the past and smile,
Then you still have hope.

If, when faced with the bad, when told everything is futile, you can still look up and end the conversation with the phrase … “yeah … BUT,”
Then you still have hope.

Hope is such a marvelous thing.
It bends, it twists, it sometimes hides, but rarely does it break.
It sustains us when nothing else can.
It gives us reason to continue and courage to move ahead, when we tell ourselves we’d rather give in.
Hope puts a smile on our face when the heart cannot manage.
Hope puts our feet on the path when our eyes cannot see it.
Hope moves us to act when our souls are confused of the direction.
Hope is a wonderful thing, something to be cherished and nurtured,
And something that will refresh us in return.
And it can be found in each of us, and it can bring light into the darkest of places.

NEVER LOSE HOPE !!

...Eros...


Dalam kehidupan manusia, hal yang paling sering dikatakan sebagai sesuatu yang memberikan kesan manis dan pahit sekaliagus adalah “cinta”, yang dalam bahasa yunani kita sebut “eros”. “Eros” atau cinta kepada lawan jenis selalu melingkupi kehidupan manusia selain “Agape” (Cinta Ilahi), “Storge” (Cinta dalam keluarga), dan “Philia” (Cinta dalam persahabatan). Dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang “Eros”.

Sebenarnya apakah “eros” itu? Setiap kita pasti memiliki definisi yang berbeda-beda tentang “eros”. Jadi, mari kita lihat definisi “eros” secara umum. “Eros” adalah :
- Sesuatu yang tidak terdefinisikan.
- Suatu kondisi yang ada dalam diri manusia yang sudah matang secara seksual.
- Sesuatu yang muncul dengan sendirinya tanpa manusia sadari, tiba-tiba saja hal itu sudah ada dalam diri manusia.
- Masih banyak lagi definisi tentang “eros” menurut setiap kita yang terlalu banyak untuk dituliskan di halaman ini.

Setiap kita pasti bertanya “Bagaimana sih ‘eros’ itu bisa muncul, bahkan tanpa kita sadari?”. Banyak hal yang menyebabkan “eros” bisa muncul dan menetap dalam hati setiap kita. Beberapa di antaranya adalah :

~ Adanya “modal” di alam bawah sadar, misalnya “jatuh cinta pada pandangan pertama”, “tertarik pada…”, “merasa cocok”, “mirip dengan…”, dll. Biasanya mereka ini tidak tahu apa alasan mereka mencintai lawan jenisnya. Misalnya, seorang cewek yang sangat mengidolakan Wallace Huo, tidak menutup kemungkinan cewek itu akan kagum atau bahkan jatuh cinta pada seorang cowok yang wajahnya mirip dengan Wallace Huo.

~ Dengan adanya pertemuan rutin, “eros” bisa muncul. Biasanya terjadi dalam sebuah organisasi yang hubungan antar anggotanya sangat erat, sekolah, gereja, tempat kerja, dll.

~ Manusia yang belajar mencintai, baik dengan terpaksa atau pun tidak. Biasanya dengan cara memikirkan dan menerima hal-hal yang indah dari yang mau dicintainya. Hal ini sering terjadi pada kaum cewek yang berpandangan kalau “dicintai itu lebih enak daripada mencintai, karena jika aku yang dicintai, aku pasti bisa memiliki cowok itu, tapi jika aku yang mencintai, aku belum tentu bisa memiliki cowok itu”, padahal kalau kita ingin dicintai, kita harus mencintai juga ("Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Matius 7:12). Hal ini juga biasa terjadi pada pasangan yang dijodohkan, dari belajar mencintai, “eros” akan muncul.

Manusia yang sedang diliputi “eros” bisa terlihat dari tindak-tanduknya, terutama dari sorot matanya yang tampak penuh perasaan. Dia akan selalu ingin berada di dekat orang yang dicintainya, selalu memikirkannya, suka termenung, cemburu jika melihat orang yang dicintainya dekat atau mesra dengan orang lain, cari perhatian, sering salah tingkah, penuh perhatian, rela berkorban, suka bercerita tentang dirinya termasuk pengalaman-pengalaman pribadinya, dan masih banyak lagi.

Sekarang, bagaimana manusia menyikapi adanya “eros” dalam dirinya atau pun orang lain?

# Menerima “eros” (baik yang mencintai atau pun yang dicintai) sebagai hal yang wajar yang bisa terjadi pada setiap manusia.

# Pikirkan, renungkan, pergumulkan di hadapan Tuhan, apakah kriteria orang yang kita cintai atau yang mencintai kita sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu seiman yang tidak boleh kita ubah apa pun yang terjadi (“…, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.” 1 Korintus 7:39).

# Menyatakan sikap, yaitu :
+ Kalau dicintai : jawablah dengan jelas (ya – tunggu - tidak), segera (jangan pernah mempermainkan cintanya), sopan, dan tegas.
+ Kalau mencintai : nyatakanlah dengan jelas, baik secara langsung atau pun tidak langsung dengan terlebih dahulu mengenali sifat / kondisinya, pada waktu yang tepat, sopan, tidak memaksa, dan siap ditolak.

Inilah yang bisa saya sampaikan di bulan yang penuh kasih ini. Biarlah kita semakin mengerti tentang “eros” yang sering muncul di hati setiap kita. Ingatlah bahwa bukan kita yang memilih “eros”, tapi “eros” yang memilih kita. “Eros” punya waktu, musim, dan alasannya sendiri untuk datang dan pergi. Kita tidak bisa memaksa “eros” untuk datang ke dalam atau pergi dari kehidupan kita. Yang bisa kita lakukan hanyalah bersyukur dan memeluknya saat ia datang, dan tetap bersyukur dan membiarkannya pergi saat ia ingin pergi. “Eros” sudah menjadi misteri dan akan tetap menjadi misteri dalam kehidupan manusia. Berbahagialah saat “eros” datang ke dalam hidupmu walau hanya untuk sesaat. Jangan sedih jika “eros” memilih untuk pergi, karena jika kamu tetap membuka hatimu, “eros” akan datang lagi pada saat yang tidak kamu duga.

Menghargai Orang Lain


Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.

Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan. Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut, "Yang terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata "tolong", setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan "maaf", saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan.

Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan "terima kasih" kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak. Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan. Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan di mana pun Pak Direktur berada. Amin."

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.

Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut.

Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.

Pembaca Yang Budiman,

Tiga kata "terimakasih, maaf, dan tolong" adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya, apalagi jika diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkan kata-kata pendek seperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.

Bersyukur Setiap Saat


Buku Telepon


Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik. Seorang Pak Guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan.

"Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah disini. Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuat kalian bahagia ?. Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini ?"

Murid-murid tampak saling pandang. Terdengar suara lagi dari Pak Guru, "Ya, ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidup kalian ..."

Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan Pak Guru itu menunjuk pada seorang murid.

"Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui ? Berbagilah dengan teman-temanmu ..."

Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid, "Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya. Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya impikan selama ini."

Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu. "Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa mengalahkan kebahagiaan itu !"

Pak Guru tersenyum.
Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya.
Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir.

Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil.
Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.

Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka dapatkan. Hampir semua telah bicara, hingga terdengar suara dari arah belakang.

"Pak Guru ... Pak, saya belum bercerita."

Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil.

Matanya berbinar. Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar yang mereka punya.

"Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua," ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.

"Apa hal terbesar yang kamu dapatkan?" ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.

"Keberhasilan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah ... saat nama keluarga kami tercantum dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari yang lalu."

Sesaat senyap.

Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu.
Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar
cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar, "Ha ? Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon."

"Buku Telepon ?
Betapa menyedihkan ... hahaha ..."

Dari sudut lain, ada pula yang menimpali, "Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam itu ?"

Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.
Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.

"Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya. Silahkan teruskan, Nak ..."

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara.

"Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah saya dapatkan.
Dulu, Papa saya bukanlah orang baik-baik.
Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah.
Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi."

Matanya tampak menerawang.
Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.

" Tapi, kini Papa telah berubah.
Dia telah mau menjadi Papa yang baik buat keluarga saya.
Sayang, semua itu tidak butuh waktu dan usaha.

Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat bekerja. Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Papa saya.

Dan kini, Papa berhasil.
Bukan hanya itu, Papa juga membeli sebuah rumah kecil buat kami.
Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi."

"Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon?

Itu artinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Papa untuk terus berlari. Itu artinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi.

Itu juga berarti, saya tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang dingin. Dan itu artinya, saya, dan juga keluarga saya, adalah sama derajatnya dengan keluarga-keluarga lainnya."

Matanya kembali menerawang. Ada bulir bening yang mengalir.

" Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti ..."

Kelas terdiam.
Pak Guru tersenyum haru.
Murid-murid tertunduk.

Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan. Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan kebahagiaan.

Mereka juga belajar satu hal :
" Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan orang lain.Sekecil apapun ...Sebesar apapun ..."


Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku. ~ Mzm 118:21

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. ~ Mzm 139:14